
Dalam menjalankan bisnis online, salah satu keputusan penting adalah memilih antara berjualan di marketplace vs toko online sendiri. Keduanya menawarkan kemudahan serta potensi keuntungan, tetapi dengan pendekatan dan konsekuensi yang berbeda. Banyak pelaku usaha sering bingung memilih, terutama ketika baru memulai digitalisasi bisnis mereka.
Marketplace, seperti yang dijelaskan lebih lengkap dalam artikel Jobstreet tentang arti dan tipe marketplace di Indonesia, merupakan platform digital tempat bertemunya penjual dan pembeli secara online. Contohnya adalah Tokopedia, Shopee, dan Lazada.
Artikel ini akan membahas secara menyeluruh tentang kelebihan, kekurangan, dan pertimbangan strategis dari kedua pilihan tersebut, agar kamu bisa menentukan mana yang paling sesuai dengan model bisnismu.
1. Biaya Awal dan Keuntungan Bersih
Marketplace:
Berjualan di marketplace seperti Tokopedia, Shopee, Bukalapak, atau Lazada tidak memerlukan biaya pembuatan website atau pengembangan teknologi. Pendaftaran bisa dilakukan dengan cepat dan gratis. Namun, setiap penjualan dikenakan biaya komisi yang bisa berkisar antara 2% hingga lebih dari 10%, tergantung kategori produk dan program promosi yang diikuti.
Toko Online Sendiri:
Membangun toko online membutuhkan investasi awal, seperti biaya pembuatan website, domain, hosting, dan pengelolaan konten. Tetapi, seluruh keuntungan dari penjualan menjadi milikmu sepenuhnya. Kamu juga bisa memilih metode pembayaran dan sistem logistik yang sesuai, tanpa komisi dari pihak ketiga.
2. Kontrol Branding dan User Experience
Marketplace:
Di marketplace, kamu harus menyesuaikan tampilan dengan format platform. Identitas brand kamu cenderung “tersembunyi” di balik nama besar marketplace. Calon pembeli lebih sering mengingat tempat belanja (misalnya: “beli di Shopee”) daripada nama tokomu.
Toko Online Sendiri:
Kamu memiliki kendali penuh atas desain, tata letak, dan interaksi pengguna. Hal ini memberi keleluasaan untuk menonjolkan branding, menambahkan fitur seperti live chat, loyalty program, atau popup promo, serta membangun pengalaman berbelanja yang lebih personal dan profesional.
3. Akses ke Data dan Analitik Pelanggan
Marketplace:
Data pelanggan sangat terbatas. Kamu tidak bisa mengakses alamat email atau informasi lengkap pelanggan untuk retargeting. Bahkan, komunikasi langsung bisa dibatasi.
Toko Online Sendiri:
Kamu bisa mengumpulkan data pengunjung, seperti email, lokasi, halaman yang dikunjungi, durasi kunjungan, hingga produk yang ditinggalkan di keranjang. Semua ini sangat berharga untuk kampanye email marketing, remarketing di media sosial, dan pengembangan produk.
4. Persaingan dan Diferensiasi Produk
Marketplace:
Persaingan sangat ketat. Satu produk bisa bersaing dengan puluhan bahkan ratusan penjual lain, hanya berbeda di harga, rating, dan promo. Konsumen bisa dengan mudah membandingkan dan berpindah toko.
Toko Online Sendiri:
Kamu bisa membangun nilai tambah di luar harga, seperti storytelling brand, kemasan premium, bonus eksklusif, hingga pengalaman pasca pembelian. Ini lebih sulit ditiru dan membantu kamu membangun loyalitas jangka panjang.
5. Keamanan, Risiko, dan Aturan Platform
Marketplace:
Marketplace memberikan perlindungan untuk pembeli dan sistem pembayaran aman. Namun, seller tunduk pada kebijakan yang bisa berubah sewaktu-waktu, termasuk risiko pemblokiran akun, penundaan pencairan dana, atau penalti karena kesalahan teknis.
Toko Online Sendiri:
Kamu bertanggung jawab penuh atas sistem dan transaksi. Tapi di sisi lain, kamu punya kendali atas operasional toko. Dengan bantuan developer profesional, website kamu bisa memiliki sistem keamanan setara marketplace, bahkan lebih fleksibel.
6. Skalabilitas dan Potensi Bisnis Jangka Panjang
Marketplace:
Cocok untuk bisnis pemula, dropshipper, atau pelaku usaha rumahan yang ingin langsung mendapatkan pesanan. Namun, sulit membangun aset jangka panjang karena semuanya bergantung pada platform pihak ketiga.
Toko Online Sendiri:
Toko online adalah aset digital milikmu. Semakin berkembang, kamu bisa menambahkan fitur baru, integrasi dengan ERP, CRM, API payment gateway, hingga sistem afiliasi. Toko ini bisa menjadi fondasi bisnis yang besar dan bisa diwariskan.
7. Kombinasi Keduanya: Strategi Omnichannel
Yang paling ideal? Gunakan keduanya secara bersamaan. Marketplace untuk akuisisi pelanggan baru dan toko online sebagai pusat brand dan repeat order. Strategi ini dikenal dengan pendekatan omnichannel, yang terbukti meningkatkan efisiensi dan pendapatan.
Penutup
Marketplace vs Toko Online adalah dua jalur utama dalam ekosistem e-commerce yang masing-masing punya kelebihan dan kekurangan tersendiri. Yang penting adalah mengetahui tujuan jangka panjang bisnismu. Jika ingin memiliki brand kuat, sistem mandiri, dan kontrol penuh terhadap bisnis, membangun toko online sendiri adalah langkah yang sangat disarankan.
Tertarik membangun toko online profesional untuk bisnismu?
Coba layanan Jasa Pembuatan Website Depok di Jasawebjakarta.co.id
Atau, pelajari panduan lengkap membangun website WordPress modern melalui artikel Panduan Membuat Website WordPress 2025